Tag Archives: waisak

The Significance of the Bathing the Buddha Image/Statue (浴佛的意義)

The Significance of the Bathing the Buddha Image/Statue (浴佛的意義)

Around two thousand and five hundred years ago, located on wide plains on the north bank of the Rapti river in the southwest of what is now Nepal, there was an ancient kingdom called Kapilavatthu. At that time this area was part of India. The ruler, King Shuddhodana of the Shakya clan, and his wife, Queen Mahamaya, were the parents of Shakyamuni Buddha, the founder of Buddhism.

In the Spring of 623 BCE, while enjoying the beautiful scenery and walking under flowering sara trees at Lumbini Garden, Queen Mahamaya felt her birth pangs. As she held on to a branch of a sara tree, she soon gave birth to a Prince out of the right side of her torso as depicted in the bas relief on the left. During that time, celestial beings offered flowers, celestial kings offered clothes, the heavens played wonderful music, and nine dragons emitted water to bathe the Prince. After His birth, the Prince immediately walked and spoke. He took seven steps. Seven lotus blossoms sprung forth under each place where he stepped. With His right hand pointing towards the sky and the left hand pointing towards the ground as in the photo of the statue on the right, He said, “I am the only Honored one in the heavens and on earth.” He was known as Prince Siddhartha. The Prince became troubled by the scenes of birth, aging, sickness, death, and the sufferings of ordinary people. He decided to leave home and become a practitioner at the age of twenty-nine. After becoming a Buddha, He continued expounding Dharma for forty-five years. At the age of eighty, lying between two sala trees, He entered Nirvana.

On the holy birthday of Shakyamuni Buddha, followers who participate in the Dharma Assembly of Bathing the Buddha make offerings to establish their karmic conditions with the Buddhas and also to wholeheartedly beseech the empowerment of the Buddhas and to pray for peace and well being. While bathing the image of the Buddha with auspicious water, they vow to cultivate themselves in attaining the purity of their three karmas (body, speech, and mind) in the past, present, and future. They should receive the great and remarkable teachings and guidance of the Buddhas and uphold the correct belief. They must do this without holding to any superstitious beliefs. In this way, they can correspond to the great and compassionate vows of the Buddhas and attain accomplishment with the Bodhi state without regression. They should carry out the cultivation of a bodhisattva life after life until they attain the supreme enlightenment of a Buddha.

Before we are labelled idol worshippers by some non-Buddhist religionists, We may have to ask why we bathe the image of baby Buddha during Vesak? But, the question was wrongly asked- it is not a must to do so. Significance of the ritual aside, it is us who “need” and want to bathe the Buddha; the Buddha does not need to be bathed it is rather an expression and reminder to cleanse our inner Buddha-nature- purify.

So as you or your friends visit any Buddhist temples during this Vesak Season, do explain to them the real meaning behind this symbolic and meaningful gesture Buddhists do, we out to keep this in mind “As we bathe the statue of Prince Siddhartha with this scoop of holy water in our hands, we shall pray sincerely to be rid of the defilements of greed, hatred and ignorance, so that our body, speech and mind may remain pure. Furthermore, we shall wish for a peaceful and harmonious society that is free from violence, dishonesty or evil. With the merit gained from bathing of the Buddha, may we rid our minds of defilements, and at the same time cleanse and beautify our society and country, transform this land of suffering into one of bliss, and guide the stray and evil minds onto the path of virtue.

Only by truly understanding the true meaning of “Bathing of the Buddha” only will we, our family and friends benefit from the Blessings of our Lord Buddha.

You may wish to recite the verse as you bathe the Buddha statue:

我今灌沐諸如來
(wo cin kuan mu cu ru lai)
*We are now coming up to bath Tathagatas

淨智莊嚴功德海
(cing ce cuang yen kung te hai)
*For the accumulating purity, wisdom, dignity, merit and virtue

五濁眾生離塵垢
(wu cuo cong shen li chen khou)
*May all sentient beings be rid of impurity

同証如來淨法身
(thong cen ru lai cing fa shen)
*And all realize the pure entity of Tathagatas

This post original URL:
http://roulette404.multiply.com/reviews/item/96

Blog URL:
http://goblog.wenz.web.id/2010/05/the-significance-of-the-bathing-the-buddha-image/

Buddha Bathing Gatha (浴佛偈/yi fo cii)

我今灌沐諸如來
(wo cin kuan mu cu ru lai)
*We are now coming up to bath Tathagatas

淨智莊嚴功德海
(cing ce cuang yen kung te hai)
*For the accumulating purity, wisdom, dignity, merit and virtue

五濁眾生離塵垢
(wu cuo cong shen li chen khou)
*May all sentient beings be rid of impurity

同証如來淨法身
(thong cen ru lai cing fa shen)
*And all realize the pure entity of Tathagatas

***Happy Vesak 2554 BE / 2010***

Audio URL:
http://audio.buddhistdoor.com/chi/play/128

Blog URL:
http://goblog.wenz.web.id/2010/05/buddha-bathing-gatha/

Makna Sebuah Kemenangan

Oleh: Nyana Suryanadi Mahathera
Kompas, Jumat, 8 Mei 2009 (hal. 6)

Kosmik saat purnama pada bulan Waisak, dunia mengenang kembali tiga peristiwa perjalanan hidup Buddha Gautama yang penuh nilai kemanusiaan dan keteladanan.

Ketiga peristiwa itu adalah kelahiran, pencapaian penerangan sempurna, dan parinirwana (meninggal). Kata “Buddha” sendiri mengandung pengertian bangun, bangkit, atau sadar. Buddha bukan nama diri, tetapi kesempurnaan tertinggi bagi orang yang mencapai pencerahan.

Bila direnungkan dengan tenang dan keterjagaan nurani, momentum Waisak akan menuntun kita menuju cakrawala hidup yang lebih bermartabat. Makna historis Waisak adalah sebuah dialektika kehidupan yang telah mencapai titik transformasi “paripurna”, sebuah kemenangan nurani atas segala ambiguitas kehidupan.

Buddha tidak lagi diombang-ambingkan suasana hidup yang selalu bersinggungan dengan berbagai masalah (dukkha) (D.II.22), baik fisik, mental, maupun sosial. Berbagai beban persoalan hidup yang fundamental dipandang dengan cara elegan, realistis, sehingga tampak jelas, masalah hanya tarik-menarik antara persepsi ego, keinginan ceroboh, dan konstruksi mental yang tidak terampil.

Kapasitas untuk bangkit (Buddha) dalam mengatasi segala persoalan secara tenang, terkontrol dalam bingkai keterjagaan (mindfullness/eling), merupakan cara hidup menuju kemenangan dan pembebasan yang selalu relevan untuk diterapkan dalam aneka kehidupan (M.I.37)

Continue reading →

Berkah Tri Suci Waisak

Oleh: Prajnavira Mahasthavira
Kompas, Jumat, 8 Mei 2009 (hal. 6)

Bukan guncangan bumi yang mengharukan sebuah kelahiran. Namun ketaatan dan perjuangan yang mengabadikan sebuah penerangan. Bukan tetesan air mata yang berlinang deras mengantarkan kepergian. Namun pelayanan dan kesetiaan yang menjalarkan kasih dan kebijakan. Berkelanalah ke seluruh penjuru bumi. Tanpa rintangan terbebaslah hati nurani. Renungkanlah berkah dari 4 pilar bakti yang hakiki. Niscaya tenteram hidup jasmani dan rohani.

Peringatan Tri Suci Waisak di Tanah Air tahun ini merupakan sumber inspirasi sekaligus renungan apa yang telah terjadi dan yang akan diperbuat untuk kehidupan lebih baik pada masa datang.

Renungan Waisak tahun ini bertumpu pada empat pilar bakti yang nmerupakan salah satu ajaran mendasar umat Buddha. Napak tilas tiga peristiwa suci Waisak memberi ideologi kuat dalam pelaksanaan empat pilar bakti: kepada orangtua, Tri Ratna, tanah air, dan semua makhluk.

Bakti kepada orangtua adalah yang pertama di antara ratusan kebajikan. Napak tilas Waisak pertama mengingat kelahiran agung Pangeran Siddharta, pewaris takhta, mengetuk hati kita untuk berterima kasih kepada orangtua yang kita sayangi. Dewi Maha Maya, ibunda Pangeran Siddharta, wafat setelah tujuh hari kelahiran Beliau dan terlahir di Surga Taryastrimsa.

Continue reading →

Yi Fo – Sekarang dan 18 Tahun Lalu

18 tahun berlalu sejak terakhir kali mengikuti upacara pemandian Buddharupang (Yi Fo) di Vihara Tri-Ratna Tanjung Balai Asahan, kala itu kelas 6 SD tahun 1991, malam ini akhirnya saya berkesempatan untuk mengikuti lagi upacara Yi Fo di Vihara Ekayana Grha Jakarta.

Pada saat Bhante dan para peserta kebaktian mulai membaca syair pemandian Buddharupang, Yi Fo Chan Ci, menyeruak keluar sebersit rasa haru, kenangan 18 tahun silam, ada rasa yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Senang bisa kembali ke “habitat” yang serupa namun tidak sama.

Mudah-mudahan besok pagi berkesempatan untuk mengikuti upacara Yi Fo sekali lagi…

 

我  今  灌  沐  諸  如  來
wo cin kuan mu cu ru lai

 

淨  智  莊  嚴  功  德  海
cin ce cuang yen kung te hai

 

五  濁  眾  生  離  塵  垢
uh cu cong shen li chen khou

 

同  證  如  來  淨  法  身
thong cen ru lai cin fa shen

 

[Ekayana Buddhist Centre] Rangkaian Acara Waisak 2553/2009

Ekayana Buddhist Centre / Vihara Ekayana Grha
Rangkaian Acara Waisak 2553/2009

****************************************
“Eling Membangun Kemenangan Purnama Waisak,
Damai Dengan Diri Harmoni Dengan Semua”
*****************************************

http://www.facebook.com/event.php?eid=76685657916

Sabtu, 2 Mei 2009 Pukul 19:00-21:00
Perayaan Hari Kelahiran Bodhisattva Siddharta/Yi Fo
Yi Fo (Pencurahan air bunga ke Pratima Bayi Siddharta)

Minggu, 3 Mei 2009 Pukul 09:00-12:00
Yi Fo (Pencurahan air bunga ke Pratima Bayi Siddharta)

Minggu, 3 Mei 2009 Pukul 13:30 s/d selesai
Pemberkahan Balita Buddhist

Senin-Kamis, 4-7 Mei 2009 Pukul 19:00-21:00
Pembekalan Visudhi

Sabtu, 9 Mei 2009
Perayaan Hari Waisak 2553/2009
Pukul 05:30-06:30 Upacara Penyalaan Pelita Waisak (dinyalakan 2 hari)
Pukul 08:00 Pindapata
Pukul 09:00 Puja Bakti Waisak
Pukul 11:01:10 WIB Detik-detik Waisak 2553/2009
Pukul 12:00-15:00 Upacara Visudhi
Pukul 19:00-21:00 Kebaktian Cap Go

Minggu, 10 Mei 2009
Pukul 10:30-selesai Kunjungan Kasih ke Rumah-Rumah
“Berbagi Berkah Waisak Bersama”
Pukul 13:00-selesai Aksi Sosial Donor Darah
“Melepas Keterikatan dengan Setetes Darah Menyelamatkan Kehidupan”

Rabu, 13 Mei 2009 Pukul 19:00-selesai
Ceramah Dharma dari Bhiksuni Chan Khong (dari Plum Village, Perancis)
“Learning True Love”

Minggu, 17 Mei 2009 Pukul 17:00-19:00
Ceramah Dharma dari Bhiksu Amerika (murid Zen Master Thich Nhat Hanh)
“Being Peace”
=================================
Laksana sebuah pelita yang menunjukkan jalan terang,
Buddha adalah Guru Agung dan Junjunganku.
Laksana sebuah pelita yang memusnahkan kegelapan,
Dharma adalah pencerah batin dan pikiranku.
Laksana sebuah pelita yang menghalaukan ketakutan,
Sangha adalah pembimbing dan pelindungku.
=================================