Tag Archives: dhamma talk

Cinta Sejati

Disadur dari buku : Membuka Pintu Hati – AJAHN BRAHM

Masalah dalam percintaan dimulai saat buyarnya fantasi, kekecewaan bisa sangat menyakiti kita. Pada cinta asmara, kita tidak benar-benar mencintai pasangan kita, kita hanya mencintai cara mereka yang membuat kita tersentuh.Yang kita cintai adalah “sengatan” yang kita rasakan dalam kehadiran mereka. Itulah sebabnya, ketika mereka tak ada, kita merindukannya dan meminta dikirimi sebotol… (lihat cerita sebelumnya). Seperti “sengatan” lainnya, tak berapa lama ini pun akan berlalu.

Cinta sejati adalah cinta yang tak mementingkan diri sendiri. Kita hanya peduli kepada orang lain. Kita berkata kepada mereka, “Pintu hatiku akan selalu terbuka untukmu, apa pun yang kamu lakukan,” dan kita bersungguh-sungguh dengan perkataan itu. Kita hanya ingin mereka bahagia. Cinta sejati itu langka.

Continue reading →

Berjudi

Disadur dari buku : Membuka Pintu Hati – AJAHN BRAHM

Mengumpulkan uang itu sulit, tetapi menghabiskannya mudah­ dan cara termudah untuk kehilangan uang adalah dengan berjudi. Semua penjudi pada akhirnya adalah pecundang. Meskipun demikian, masih saja orang senang meramal masa depan dan berharap mendapatkan banyak uang dari berjudi. Saya menceritakan dua kisah berikut ini untuk menunjukkan betapa berbahayanya meramal masa depan itu, sekalipun kita mendapat pertanda.

Pada suatu pagi, seorang teman terbangun dari sebuah mimpi yang terasa sangat nyata. Dia bermimpi tentang lima malaikat yang memberinya lima buah kendi emas yang besar sebagai lambang keberuntungan. Ketika dia membuka matanya, para malaikat itu tak ada di kamar tidurnya, dan sialnya guci-guci emasnya juga tidak ada. Bagaimanapun, itu adalah mimpi yang sangat aneh.

Continue reading →

Meramal Masa Depan

Disadur dari buku : Membuka Pintu Hati – AJAHN BRAHM

Banyak orang yang ingin mengetahui masa depan. Sebagian orang begitu tak sabarnya menanti apa yang akan terjadi, karena itu mereka mulai mencari jasa dukun dan peramal. Saya punya peringatan bagi Anda mengenai para peramal: jangan percaya pada peramal yang miskin!

Para bhikkhu yang berlatih meditasi dianggap sebagai peramal yang hebat, tetapi biasanya mereka tidak gampang diajak bekerja sama.

Suatu hari, seorang umat yang telah lama menjadi murid Ajahn Chah meminta sang guru besar untuk meramal masa depannya. Ajahn Chah menolak: bhikkhu yang baik tidak ramal- meramal. Tetapi si murid bersikukuh. Dia mengingatkan Ajahn Chah berapa kali dia sudah berdana makanan, berapa banyak dana yang telah dia sumbangkan untuk viharanya, dan bagaimana dia menyopiri Ajahn Chah dengan mobil dan biaya darinya, mengabaikan keluarga dan pekerjaannya sendiri. Ajahn Chah melihat bahwa orang itu terus bersikeras meminta untuk diramal, jadi dia berkata untuk sekali ini saja dia akan membuat perkecualian terhadap peraturan bahwa bhikkhu tidak boleh meramal. “Mana tanganmu. Sini kulihat telapak tanganmu.”

Continue reading →

Bebas Dari Rasa Takut

Disadur dari buku : Membuka Pintu Hati – AJAHN BRAHM

Jika rasa bersalah itu seperti memandang tembok bata masa lalu kita dan hanya melihat dua bata jelek saja, maka ketakutan adalah menerawang tembok bata masa depan kita dan hanya melihat apa yang bisa salah. Saat kita dibutakan oleh rasa takut, kita tak dapat melihat adanya kemungkinan bahwa bagian tembok lainnya bisa saja merupakan tembok yg sempurna. Rasa takut, karena itu, diatasi dengan melihat keseturuhan tembok, seperti pada kisah berikut yang terjadi di Singapura baru-baru ini.

Rangkaian empat ceramah saya telah diatur sejak beberapa bulan sebelumnya, sebuah auditorium besar dan mahal berkapasitas 2.500 tempat duduk yang terletak di pusat kota Singapura telah dipesan jauh-jauh hari, dan poster-poster telah dipajang di halte bis. Lalu datanglah wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Ketika saya tiba di Singapura, semua sekolah telah ditutup, apartemen dikarantina, dan pemerintah menganjurkan seluruh warga untuk menghindari pertemuan-pertemuan umum. Rasa takut melanda luas pada waktu itu. Saya ditanya, “Apa kita batal saja?”

Continue reading →

Biarlah Rasa Sakit Berlalu

Disadur dari buku : Membuka Pintu Hati – AJAHN BRAHM

Dalam cerita sebelumnya, yang saya biarkan berlalu adalah rasa takut akan rasa sakit. Saya menyambut rasa sakit, mendekapnya, dan mengizinkannya. Karena itulah rasa sakit itu pergi.

Beberapa kawan saya yang menderita rasa sakit yang hebat telah mencoba metode ini dan tidak berhasil! Mereka mendatangi saya untuk mengadu, mengatakan bahwa sakit gigi yang saya derita tak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit yang mereka derita. Itu tidak benar. Rasa sakit bersifat pribadi dan tidak dapat diukur. Saya menjelaskan kepada mereka mengapa metode “biarlah berlalu” tak berhasil pada kasus mereka dengan cerita tiga murid berikut ini.

Murid pertama, dalam rasa sakit yang hebat, mencoba untuk membiarkan berlalu.

Continue reading →

Takut Sakit

Disadur dari buku : Membuka Pintu Hati – AJAHN BRAHM

Rasa takut adalah unsur utama rasa sakit. Rasa takut membuat rasa sakit tambah menyakitkan. Enyahkan rasa takut, maka perasaan sajalah yang tertinggal. Pada pertengahan tahun 70- an, di sebuah vihara hutan kecil yang terpencil di bagian timur laut Thailand, saya mengalami sakit gigi yang parah. Tidak ada dokter gigi, tidak ada telepon, dan tidak ada listrik. Kami bahkan tidak punya aspirin atau parasetamol di kotak obat. Bhikkhu hutan memang diharapkan dapat bertahan dalam keadaan seperti itu.

Petang harinya, seperti penyakit pada umumnya, sakit gigi saya menjadi makin parah saja. Saya merasa diri saya adalah seorang bhikkhu yang lumayan kuat, tetapi sakit gigi itu sedang menguji kekuatan saya. Satu sisi dari mulut saya terasa penuh dengan rasa sakit. Itu adalah sakit gigi terhebat yang pernah saya alami, atau barangkali yang pernah ada. Saya mencoba lari dari rasa sakit dengan melakukan meditasi pernapasan. Saya pernah belajar memusatkan pikiran pada napas sewaktu digigit nyamuk; kadang-kadang dengan berhitung sampai empat puluh pada saat yang sama, dan saya bisa mengatasinya. Namun rasa sakit ini benar-benar keterlaluan. Saya mengisi pikiran saya dengan sentuhan napas selama dua atau tiga detik, lalu rasa sakit itu kembali mendobrak pintu pikiran yang telah saya tutup dan meledak dengan kekuatan yang dahsyat.

Continue reading →

Takut Berbicara di Depan Umum

Disadur dari buku : Membuka Pintu Hati – AJAHN BRAHM

Saya diberi tahu bahwa salah satu rasa takut paling besar yang dirasakan orang adalah berbicara di depan umum. Saya harus sering berbicara di depan umum, di vihara-vihara, di konferensi, di upacara pernikahan dan pemakaman, di radio, dan bahkan di siaran langsung televisi. Semua itu adalah bagian dari pekerjaan saya.

Saya ingat pada suatu peristiwa, lima menit menjelang saya memberikan ceramah, ketika rasa takut membanjiri saya. Saya belum mempersiapkan apa pun untuk ceramah itu. Saya tak punya ide apa yang akan saya katakan. Sekitar tiga ratus orang sudah duduk di aula, berharap untuk dapat ilham. Mereka telah merelakan waktu malamnya untuk mendengarkan saya bicara. Saya mulai berpikir, “Bagaimana kalau saya tidak punya apa­-apa untuk diomongkan? Bagaimana kalau saya salah omong? Bagaimana kalau saya tampak bego?”

Continue reading →

Penyunyian (Retret)

Disadur dari buku : Membuka Pintu Hati – AJAHN BRAHM

Pemicu dari kemarahan kita kebanyakan adalah pengharapan yang tak sampai. Kadang kita begitu menginvestasikan diri ke dalam sebuah proyek yang ketika tak menghasilkan sesuatu sebagaimana seharusnya, kita jadi marah. Semua “seharusnya” merujuk pada pengharapan, suatu prediksi masa depan. Sekarang kita mungkin menyadari bahwa masa depan itu tak pasti, tak dapat diramalkan. Terlalu mengandalkan suatu pengharapan masa depan, suatu “seharusnya”, itu namanya cari-cari masalah.

Seorang umat Buddha dari Barat yang saya kenal beberapa tahun lalu menjadi bhikkhu di Timur Jauh. Dia bergabung dengan sebuah kelompok meditasi yang sangat ketat, di sebuah vihara terpencil di pegunungan. Setiap tahun mereka mengadakan penyunyian (retret) meditasi selama 60 hari. Latihannya keras, kaku, dan bukan untuk pikiran yang lemah.

Continue reading →

Kemarahan

Disadur dari buku : Membuka Pintu Hati – AJAHN BRAHM

Marah bukanlah respon yang cerdas. Orang bijak selalu bahagia, dan orang yang bahagia tak akan marah. Marah, terutamanya, adalah tak masuk akal.

Suatu hari, mobil vihara kami berhenti di lampu merah di samping sebuah mobil lainnya. Saya memperhatikan pengemudi mobil itu memaki-maki lampu merah: “Kamu lampu brengsek! Kamu tahu aku ada janji penting! Kamu tahu aku sudah terlambat dan kamu membiarkan mobil di depanku lewat. Dasar babi! Ini juga bukan yang pertama kali….”

Dia menyalahkan lampu merah, seolah-olah si lampu merah punya banyak pilihan. Dia pikir si lampu merah memang sengaja menyakitinya: “Aha! Ini dia datang. Aku tahu dia terlambat. Aku akan membiarkan mobil lain lewat dulu, lalu… merah! Berhenti! Kena dia!” Si lampu merah mungkin tampak jahat, tetapi mereka hanyalah lampu merah, itu saja. Apa sih yang Anda harapkan dari sebuah lampu merah?

Continue reading →

Tidak Khawatir

Disadur dari buku : Membuka Pintu Hati – AJAHN BRAHM

Membiarkan berlalu “si pengatur”, lebih menyadari saat ini dan terbuka terhadap ketidakpastian masa depan, membebaskan kita dari penjara rasa takut. Hal ini membuat kita dapat menjawab tantangan kehidupan dengan kebijaksanaan kita sendiri yang unik, dan menyelamatkan diri kita dari situasi­-situasi yang tak menyenangkan.

Saya tengah berdiri di salah satu dari enam antrean di sebuah loket imigrasi di bandara Perth, barusan pulang dari perjalanan indah ke Sri Lanka via Singapura. Antrean bergerak lambat; para petugas memeriksa setiap orang dengan cermat. Seorang petugas imigrasi muncul dari pintu samping lobby sambil menuntun anjing pelacak yang terlatih untuk melacak narkoba. Para pelancong yang baru tiba terlihat tegang saat si petugas menuntun anjing pelacaknya untuk memeriksa setiap antrean. Meskipun mereka tak membawa narkoba, Anda tetap dapat merasakan adanya pelepasan ketegangan setelah si anjing mengendus mereka dan berlalu menuju orang berikutnya.

Continue reading →